My Children.and Me. Parenting by Comic

Mendidik anak itu sebenarnya bagaimana menyampaikan informasi kepada anak, tinggal berapa menit lagi mereka bisa melakukan sesuatu.

---------------------------

Mendidik anak itu adalah pekerjaan orang tua yang paling penting di muka bumi, setelah menjauhkan tayangan Saipul Jamil dari televisi dan juga dari jangkauan anak-anak.



-------------------------
Blingsatan itu warisan. Anda bisa mendapatkannya dari... anak Anda.

---------------------------

Bayi saya, si bungsu Bilqis saat 8 bulan sudah bisa ngomong. Menyebut nama aplikasi Android populer.

"WA WA WA...." ini pasti medsos, WhatsApp

Lalu saat usianya 12 bulan, Bilqis sudah bisa ngomong aplikasi gadget yang lebih canggih lagi...
"Aebi Aebi Aebi...." pasti maksudnya medsos terpopuler, Efbi. Facebook.

Bilqis juga ikutan bareng kakak2nya, suka nonton Upin & Ipin. Baik itu serial di channel TV, juga DVD player termasuk gadget tablet dan laptop via youtube Upin & Ipin.

Saking seringnya satu judul DVD bisa ditonton 7.777 kali dalam sehari. Akhirnya si bungsu, Bilqis jadi bosan, dia minta ganti judul. Seperti biasa, dia hanya bisa satu dua patah kata.

"Aebi..... lain.... lain.... lain....!" Wah ini medsos juga.... pasti maksudnya LINE.

------------------------------

Saya memandikan bayi saya, Zahira, saat dia 2 tahun. Dan dia senang sekali berendam di dalam bak mandi. Entah itu di bath tub atau sekadar kolam plastik di luar rumah, hingga jari-jarinya keriput. Dia tak akan peduli apapun kecuali asyik bermain dengan bebek karet dan boneka barbienya, sambil berendam.

Sudah jadi tugas kami sebagai orang tua, dan memang ini seharusnya tugas istri memandikannya dan Zahira kecil sudah lewat 30 menit dia bermain dalam air. Tapi karena dia sibuk masak dan urusan rumah tangga lainnya, mau tak mau saya yang harus membantu menyelesaikan tugasnya itu. Saya pun membawakan handuk untuk mengangkatnya.

"Zahira, Ayo, Nak, udah selesai mandimu! Waktunya sudah lewat dari 30 menit."

Zahira kecil menjawab, "Entar dulu Bi!"

"Dari 15 menit lalu, kamu bilang entar dulu, entar dulu. Lihat itu jarimu sudah keriput semua."

"Ya Abi, boneka barbieku tadi juga bilang begitu... 15 menit lagi ya?"

Saya cuma bisa melongo... si kecil Zahira menambahi lagi,
"Lagian Jarinya Barbie belum keriput!"


---------------------------

Masya Allah, anak sekecil itu sudah bisa berkelit bikin alasan lawan abinya. Sepertinya darah umminya yang kepala batu menurun kepadanya sekitar 40%. Dan dari aku, abinya tepat 60%. Genetis banget kan?

---------------------------

Anak saya Bubu, 3,5 tahun, adik Zahira, suka sekali nonton film animasi Upin & Ipin, baik di TV maupun di youtube. Kata yg paling dia suka cenderung bergaya bahasa Melayu, di antaranya adalah "Tak boleh...".

Ini bikin saya kesulitan jika dia harus saya suapin makan, "Ayo Bubu, kamu harus makan, biar cepat besar..."

Dan dia sering jawab, "Tak boleh, Abi...!"



---------------------------

Saya tahu persis Bubu juga gak suka dikeramas rambutnya, meski dengan shampoo bayi yg tidak pedas di mata. Jadi saat memandikannya, saya harus bisa membujuknya mengalihkan perhatiannya.

"Wah, rambutmu udah panjang lagi, besok dicukur ya?"

Bubu kecil jawab, "Makanya Abi, rambutnya tak boleh... sering disiram air!"

---------------------------

Saya masih bertanya-tanya, apakah balita itu juga bisa digodain setan ya? Lalu kenapa mereka bisa jadi kadang terlalu pintar untuk seumuran mereka?

Coba deh simak dialog mereka saat aku menemani mereka bermain dan aku mengawasi mereka dari kejauhan, sepertinya mereka gak menyadarinya.

------------------------

Zahira 4,5 thn bermain bersama adiknya Bubu, 3,5 thn. Hampir 2,5 tahun mereka berpisah. Zahira ikut umminya, Bubu ikut abinya dan oleh abinya, Bubu dititipkan pada bibinya, adik kandung abinya. Kini bibinya itu dipanggil Mamah. Bubu bayi ini pun curhat dengan kakak kandungnya Zahira.

Bubu: Bapak kerja tiap hari untuk membelikanku baju, makanan dan mainan buat aku. Mamah kerja juga pulang maghrib. Abi datangnya seminggu sekali. Dede takut, Mbak!"

Zahira: Kenapa takut Dede? Kamu sering ketemu tiap hari sama Bapak dan Mamah, ketemu tiap minggu sama Abi di sini Jakarta. Aku jarang ketemu Abi. Cuma sama Ummi aja di Malang..."

Bubu: Gimana kalo mereka semua gak betah sama kita, terus mencoba untuk kabur?"


-------------------------


Aku nyaris mau nangis mendengar mereka bicara seperti itu.Mereka ini seperti fotokopi diri kita sendiri, cuma dalam ukuran mini.

Anakku ada 5 orang, 2 anak dari istri pertama, kini usia mereka sudah remaja. Tiga anak berikutnya, balita dari istri kedua. Ketika Anak keduaku, Lulu adik Rizal masih belum punya adik, dan dia masih SMP kelas 1, dia pernah bilang, "Abi aku gak mau punya adik lagi, ya Bi?!"

Aku tanya, "Kenapa? Bukannya lucu kalo punya adik lagi?"

"Iya sih, tapi aku lebih suka jadi bungsu. Gak ada adik lagi. Jadi kalo aku berantem sama bang Ijal, Aku dibelain sama Abi ayau Ummi terus.... jadi aku selalu bisa menang..."

-------------------------

Wah, ini pasti salah konsep didik. Saya bukannya selalu membela si adik dari keisengan kakaknya, ataupun selalu menyalahkan kakak sulungnya, si Rizal itu, Tapi saya berusaha mendidik, agar kakaknya, calon lelaki perkasa itu, harus bisa mengalah dan melindungi adiknya yang perempuan. Tapi sepertinya Lulu salah faham. Harus dire-write sebelum salah kaprahnya jadi parah. Saya pun berbicara dengannya.

"Bukan begitu Lulu. Kalo kamu dibelain, bukan berarti Bang Ijal selalu salah. Kadang Bang Ijal benar, tapi Abi mencoba mendidik kalian, agar seorang lelaki harus menjaga keselamatan perempuan, baik itu adiknya atau nanti, istrinya kalo bang Ijal sudah menikah. Gituh..."

" Berarti gak ada hubungannya sama aku harus punya adik lagi?"



-------------------------

"Ada hubungannya lah.... Abi kan juga kepengen membuktikan pendidikan Abi itu, untuk menjaga wanita yang lemah. Tanya deh Ummi kami, apa dia mau punya adik bayi lagi?"

Dan benar saja, Lulu langsung menanyakan kepada umminya, permintaanku itu. Bisa berabe gak nih?
Setelah itu Lulu pun kembali pada saya.

"Kata Ummi, kalo Abi mau punya adik bayi lagi, Abi disuruh melahirkan pake perut abi sendiri!?"



-------------------------

Saya pun menimpalinya, "Nah, itu maksud Abi... Kamu sekarang ngerti kan, kenapa Abi mau pinjam perut orang lain, selain perut ummi kamu?"

-------------------------

Lulu hanya terdiam, dan aku yakin dia masih belum mengerti. Meskipun dia sudah duduk di kelas 1 SMP. Tapi yang paling mudah faham adalah anakku yang sulung, Rizal. Sepertinya dia sudah bisa menebak ke arah mana niatku untuk memberinya adik bayi buat mereka berdua. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama